Category Archives: Properti

Ciputra, Sang Taipan Properti yang Memulai Kerajaan Bisnisnya Tanpa Modal

Ada yang bilang jika seseorang
ingin memulai sebuah usaha
diperlukan modal atau uang yang
besar. Siapa bilang? Tanpa modal
sepeser pun Anda tetap dapat
memulai merintis usaha dan
bukan tidak mungkin usaha
tersebut perlahan namun pasti
bisa merangkak naik sehingga
menciptakan kerajaan bisnis yang
luar biasa.
Adalah Ir. Ciputra yang berhasil
melakukan hal tersebut. Pria
berumur 81 tahun memulai
kerajaan bisnisnya tanpa modal
sepeser pun.

“Saya mulai usaha saya tanpa
modal, kamu tahu yang penting
itu bukanlah modal. Namun
inovasi,” ungkapnya kepada
wartawan, di Gedung BI, Jakarta,
Senin (3/9/2012).
Salah satu pengusaha sukses
nasional yang kerap dipanggil Pak
Cik ini berujar, dirinya dapat
mempertahankan kesuksesan
kerajaan bisnisnya hingga dapat
bertahan sampai saat ini dirinya
selalu membuat inovasi tiada
henti.

“Inovasi jalan terus, sudah 11
perusahaan, saya go public, ada
pegawai 15 ribu. Saya bayar pajak
triliunan. Ketika inovasi saya
ditiru orang, maka ciptakan
inovasi lagi. Setiap bangun saya
selalu mikir inovasi apa yang
harus lakukan,” ungkap pria
kelahiran, Parigi, Sulawesi Tengah
ini.

“Misalnya saya bangun rumah,
tapi ketika saya membangun
rumah itu mesti lain daripada
orang lain yang bangun rumah
juga, lalu ketika saya bangun
toko, toko itu mesti lain daripada
toko orang lain,” tuturnya.
Ciputra yang lahir dengan nama
Tjie Tjin Hoan ini sangat ingin
menyebarkan virus kewirausahaan
di Indonesia. Menurutnya dengan
jumlah penduduk di Indonesisa
yang cukup banyak saat ini,
potensi untuk lahir bibit-bibit
baru entrepreneurship sangatlah
besar. Bahkan menurutnya, mata
pelajaran kewirausahaan harus
dimulai sejak bangku taman
kanak-kanak.

“Pendidikan entrepreneurship ,
harus dimulai dari TK. Harus
diajarkan mindset kewirausahaan.
Jadinya otak sebelah kiri itu juga
diimbangi dengan kinerja otak
sebelah kanan. Jadi jangan hanya
menghapal saja, dari saya kecil
telah melakukannya,” ungkap pria
kelahiran 24 Agustus 1931 yang
lalu ini.

Perbanyak Praktek Bukan Teori
Kebanyakan sekolah-sekolah yang
ada di Indonesia lebih banyak
menggunakan teori dibandingkan
praktek di lapangan. Namun,
menurut Ciputra, hal tersebut
tidak akan berhasil untuk
menumbuhkan jiwa
kewirausahaan di Indonesia yang
relatif masih rendah jika
dibandingkan dengan negara-
negara lainnya.

“Misalnya kalau di Universitas
Ciputra ada waktu, satu hari full
untuk mempraktekan apa yang
dipelajari selama empat hari
dalam seminggu. Kita di
Universitas Ciputra mempelajari
teori terus dari pertama dan
kemudian sosialisasinya atau
praktek nyatanya di lapangan,”
katanya.

Dia pun selalu berusaha untuk
menanamkan wirausaha sedari
kecil yaitu dengan cara yang
cukup sederhana yakni dengan
bertanya apa yang anak kecil
tersebut mau. Sehingga dari
jawaban anak kecil tersebut
secara tidak sadar lahirlah sebuah
inovasi

“Seperti begini kita ajak anak,
umur empat tahun untuk pergi ke
mal. Kemudian saya tanya, mal
yang mana kamu suka, dia mulai
berpikir kalau tidak hanya
merengek-rengek pergi ke
restoran kemudian waktu makan,
kue mana yang kamu suka. Lalu
misalnya anak itu mau kue, kue
mana yang kamu pilih. Itu sudah
kreatif kan. Ajukan pertanyaan
yang memberikan dia inspirasi,”
ungkap pria lulusan Intstitute
Teknologi Bandung (ITB) jurusan
Arstitektur tersebut.
“Lalu ada lagi misalnya suruh
anak-anak bikin kue di rumah dan
jual terus ikut bazar. Setiap
seminggu sekali bikin bazar, tahu
cukup jual ke tetangga. Dimulai
dari hal-hal kecil saja,” tukasnya.

Maka dari itu, dirinya selalu
berujar agar tingkat
kewirausahaan di Indonesia
haruslah dibangun dan
dikembangkan dengan baik,
karena terdapat potensi
didalamnya, yaitu jumlah
penduduk Indonesia yang super
duper banyak.

“Indonesia ada 30 persen
penduduknya punya bakat  dan
keinginan, dan kepercayaan diri
yang sudah ada. Nah, bahan
bakunya kita tinggal kasih apinya
maka dia akan berkembang luar
biasa. Kamu bayangkan 30 persen
dari 240 juta orang itu berapa
itu, 70 juta lebih, dan sekarang
entrepreneur di Indonesia baru
satu persen saja,” ungkap raja
bisnis properti tersebut.

Pria yang merupakan salah satu
raja bisnis properti di Indonesia
ini yang kini mempunyai lini
usaha Jaya grup, Metropolitan
grup, dan Ciputra grup ini
berpesan bahwa untuk untuk
menjadi pengusaha sukses sperti
dirinya selain diperlukan mental
yang tangguh, seorang pengusaha
juga harus mempunyai sebuah
daya tarik.
“Dia mesti punya daya tarik, agar
kelak usahanya dapat
menguntungkan. Jadi kamu tulis
100 jenis usaha, kemudian kamu
reduce hingga 30 dengan
disediakan alasannya. Kemudian
tiga, kamu pilih. Lalu pelajari
dulu, dan lakukan analisa pasar.
Apa yang sedang booming di
masyarakat pada saat ini,”
ucapnya.

Selalu Menjaga Kesehatan

Di usia yang sudah terbilang tua
dan sudah pensiun ini, Ciputra
masih terlihat bugar dan cukup
sibuk. Dia pun mempunyai cara
jitu untuk menjaga kesehatan,
yaitu dengan melakukan berbagai
olahraga yang tekun dijalaninya
setiap hari seperti jalan kaki,
berenang dan juga melakukan tai
chi.
“Saya lakukan itu setiap hari, tapi
ganti-ganti,” singkatnya.
Selain menjaga kesehatan, dirinya
pun tidak lupa untuk selalu
menyebarkan virus kewirausahaan
ke seluruh Indonesia dengan cara
menjadi mentor di beberapa grup
yang dimilikinya.

“Saya masih jadi mentor di tiga
grup yang saya bangun. Yaitu Jaya
grup, Metropolitan grup, dan
Ciputra grup. dan dari semua itu
sebanyak 11 perusahaan yang
sudah go public,” tutupnya. (ade)
( R Ghita Intan Permatasari)

Sumber: http://m.okezone.com/read/2012/09/03/22/684408/sang-taipan-properti-yang-memulai-kerajaannya-tanpa-modal

Andi Sufariyanto, Pemilik Adila Group: Demi Pensiun Muda

Karena ingin kaya di usia muda, serta punya kemerdekaan finansial dan waktu, Andi merintis usaha sejak dini. Ketika ditimpa kegagalan, ia segera bangun dan mengasah jiwanya agar senantiasa berfikir positif. Pengalaman gagal menjadikannya waspada dan selalu mengontrol usaha dengan ketat.

 

HARI INI ANDI Sufariyanto yang Anda lihat adalah seorang CEO sebuah kelompok bisnis yang mulai menggurita. Adila Group yang dibangunnya telah menjadi konglomerasi bisnis yang bergerak ke berbagai arah. Mulai dari distribusi garment serta produk spa dan aroma terapi, penyedia virtual ofjice, serta perusahaan investasi dan pengelolaan properti. Pendek kata, ia pengusaha sukses dan membuat iri banyak orang. Di usia 28 tahun kini, boleh dibilang ia telah memiliki segalanya.

Namun semua hasil manis itu adalah buah perjuangan pahit-getir Andi. Anak pertama dari seorang petinggi BUMN ini merintis usahanya sejak menginjak tahun pertama masa kuliahnya, ketika kebanyakan temannya masih asyik menikmati masa muda. Bahkan cita-cita menjadi wirausahawan pun sudah tertanam di benaknya dalamusia yang sangat dini. “Sejak SMA saga sudah tertarik dan bercita-cita menjadi pengusaha,” ujarnya.

Obsesi menjadi pengusaha makin mengental saat ia harus hidup mandiri, jauh dari orangtuanya. Selepas dari SMA Negeri II Padang, pria kelahiran Padang 8 Juli 1981 tersebut diterima di D3 Mesin Institut Teknologi Surabaya. Di rantau inilah Andi mulai merintis usaha untuk mendapatkan penghasilan.

Awalnya, pada 2001, Andi memilih jual beli telepon seluler (handphone). Ponsel yang ia bisniskan hanyalah ponsel bekas. Pasar sasarannya adalah rekan-rekannya sekampus, yang kebanyakan juga berkantong tipis.

 

BERALIH MENJADI MAKELAR

Merasa sukses membesarkan modal di bisnis HP bekas, pada tahun 2002 ia mengajak beberapa teman kuliahnya untuk membuka usa­ha service HP di wilayah Sidoarjo.

Namun usaha ini ternyata tidak berjalan lancar. Apa mau dikata, ketimbang terjadi pen­darahan keuangan yang lebih parah, dengan berat hati Andi harus menutup usaha servis ponselnya. “Saya sempat shock waktu itu. Tidak mengira sama sekali akan mengalami kerugian,” kenang penggemar rujak cingur tersebut.

 

Masa depan tidak ada yang bisa memas­tikan. Tetapi masa depan bisa dikontrol dengan langkah yang cermat.”

 

Namun ia tak sudi terus berkubang dalam kegagalan. Setelah sempat merenung beberapa bulan, perlahan-lahan Andi membenahi perasaannya untuk segera bangkit.

“Saya mempunyai prinsip, apa yang bisa saya lakukan hari ini akan saya kerjakan dengan upaya seratus persen. Masa lalu tidak diubah masa depan tidak ada yang bisa memastikan. Tetapi masa depan bisa dikontrol dengan langkah yang cermat,” ujarnya.

Naluri bisnis penggemar warna biru ini ternyata tidak pernah memudar. Dari kuliah yang dipelajari di kampus plus hobi modifikasi motor. Andi punya gagasan untuk membuka usaha bengkel mobil plus salon mobil rumahan (cuci mobil). Pada saat yang sama, ia juga mencoba eruntungan sebagai distributor beberapa produk massal asal Cina yang mulai membanjiri tanah air. Mulai dari aksesori sampai produk rumah tangga yang di pasaran lebih dikenal sebagai barang serba Rp 5.000.

 

BIODATA

ANDI SUFARIYANTO

Padang, 8 Juli 1981

Email: andiaufariyanto@adilagroup.com /

Andi_padank@ yahoo.com /

info@adilagroup.com

 

PENDIDIKAN :

2002 – 2005 S2 Magiater Manajemen – Universitas Gadjah Mada

1998-2001 S1 Teknik Institut Teknologi Sepuluh Nopember – Surabaya

D3 Teknik Institut Teknologi Sepuluh Nopember – Surabaya

 

PERUSAHAAN:

Adila Group

Distribusi garment : http://www.butikdannia.com

Produk Perawatan tubuh & aromatheraphy: http://www.rumahcantikku.com

Persewaan  kost: http://www.adilaproperty.com

Lisensi Sign Sysytem: http://www.panelneon-sby.com

Visual Office & persewaan kantor virtual: http://www.virtooffice.com

website: http://www.adilagroup.com

Alamat: Ruko Galaxi Bumi Permai, Blok J1  No. 23 A 25, Surabaya

Telp : 031 – 596 7623, Fax: 031 – 5967586

 

PENGHARGAAN:

2008 Finalia Wirausaha Muda Mandiri

 

Dari situ Andi merambah ke bisnis produk – juga dari kelas yang harganya merakyat. Pelan tapi pasti bisnisnya terus berkembang. Ia melangkah lagi dengan menjadi distributor busana muslim merk Dannia Collections. Pengalamannya sebagai makelar kini diterapkan dalam Skala lebih besar dengan prinsip kemitraan. Saat ini memiliki tidak kurang dari 150 mitra bianis yang tersebar di seluruh Nusantara. Dari sinilah ia mendapat sukses tak terkira karena jeli melihat peluang.

Untuk meyakinkan para mitra bianisnya dan menyemangati para pemula terjun ke wirausaha, Andi tak ragu berbagi ilmu dan pengalaman di berbagai forum. “Awali dengan bermitra, yakinkan calon mitra Anda atau investor untuk diajak bekerjasama dengan bisnis yang Anda gagas,” tuturnya. “Jika Anda dapat melakukan, itu merupakan langkah awal kesuksesan Anda dalam berbisnis,” lanjutnya.

Andi juga melirik bisnis kos-kosan eksklusif. Mengambil pelajaran dari kegagalan pertama, bisnis yang sering dipandang remeh ini dikelola dengan baik sehingga bisa berkembang menjadi bisnis properti yang terarah dan memberikan keuntungan optimal.

Tak berhenti hanya di situ, Andi terus menciptakan bisnis-bisnis baru. Bersama Laila Asri, iatri yang dinikahinya beberapa tahun lalu, ia membangun bisnis body care product, khususnya produk spa dan aromatherapy. Usaha dengan merek Pourvous ini terus dikembangkan menjadi entitas bisnis dengan prospek yang menjanjikan.

Setelah itu ia menciptakan Virto Smart Office, bisnis terpadu yang menangani penyewaan ruang kantor sekaligus perawatannya. Gagasannya berawal dari kebutuhan Andi ketika memulai bisnis. Ia sering kerepotan ketika harus mengundang klien atau mitra bisnis untuk rapat temu muka. “Banyak pertimbangannya. Kalau saya undang ke cafe atau hotel terbentur biaya yang tidak sedikit,” kenangnya. Bahkan untuk memberikan penawaran lewat fax pun harus ada yang mengoperasikan. Begitu banyak hal bersifat adminiatratif menghabiskan waktu jika diurus sendiri. Dari situ ia yakin jika para pebisnis pemula juga menghadapi kendala yang sama.

Virto menjanjikan fasilitas pendukung yang dapat diandalkan para penggusaha karena dapat mengubah fixed cost menjadi variable cost. Beberapa benda modal seperti mesin fax, fotokopi, scanner, dan sebagainya tak perlu dibeli sehingga meringankan pengeluaran tetap. Bahkan biaya sekretaris, administrasi, penerima dan pengiriman fax, pencatat pesan, fotokopi, kurir, penerjemah, proyektor sampai mencetak dokumen, bisa digeser dari biaya tetap biaya variabel.

Andi pun membuka usaha konsultasi dan pengurusan pengajuan kredit modal usaha ke bank, perpajakan, cara pembuatan laporan keuangan, hukum, SIUP dan NPWP untuk membuka usaha baru. Kepada para pelanggan, Virto berani menjanjikan penghematan biaya hingga 85% karena pelanggan hanya membayar sesuai dengan yang dibutuhkan. Intinya Virto Smart Office diharapkan bisa menjadi One Solution bagi pebisnis pemula atau yang ingin mengembangkan usaha.

 

KUNCI SUKSES: MEMBANGUN JEJARING

Dari pengalamannya berusaha, Andi menyadari benar pentingnya
jejaring bisnis. la yakin kesuksesan bisnis ditentukan oleh kemampuan
seseorangorang dalam membentuk jaringan dan bagaimana mengembangkannya. Maka ia pun mencoba memperluas jejaring bisnisnya dengan mengikuti Lomba Wirausaha Muda Mandiri 2008 lalu. “Tujuan saya, dengan mengikuti kegiatan ini saya bisa berkenalan dan membangun network dengan sesama pengusaha muda,” ujar ayah Alika Putri Adila ini.

Saat ini perhitungannya sudah pasti. “Saga ingin pensiun dini di usia 33 tahun,” ujar pria yang kemudian menyelesaikan sarjana mesinnya di ITS dan melanjutkan ke S2 Magiater Management di UGM. Ini berarti ia masih punya waktu 5 tahun untuk membangun kerajaan bisnis yang dicita-citakannya.

Yang jelas, saat ini PT Adila Imperium telah menjadi holding company atas beberapa anak perusahaan seperti Panehicon, Adila Property, Pourvous dan Virto Smart Office. Andi masih terus menata imperium bisnis yang dia randang akan berkonsep “commercial profitable enterpriae that works without me.” la ingin mencetak wirausaha baru di Indonesia dan memiliki 10.000 orang tenaga kerja yang bekerja bagi usahanya. Langkah-langkah itu terus digapainya, terus diraihnya, untuk menjadikan bisnisnya menggurita dan memberikan manfaat bagi masyarakat lainnya.

 

Hukum Wirausaha #16

Raihlah Potensi Diri dan Kebahagiaan

 

Maaf Pak, saya memang tak punya. Hidup saya sangat meletihkan. Pagi-pagi saya sudah mengurus dapur produksi, siang di toko, sore kuliah. Se­tiap hari begitu saja.

Rhenald Kasali

 

SALAH SEORANG WIRAUSAHAWAN muda mengatakan aktivitas hidupnya padat. Saat dimintakan bahan-bahan tertulia untuk merangkum perjalanan membangun usa­hanya ia mengatakan, “Maaf Pak, saya memang tak pu­nya. Hidup saya sangat meletihkan. Pagi-pagi saya sudah mengurus dapur produksi, siang di toko, sore kuliah. Se­tiap hari begitu saja.”

la bahkan tidak tahu cerita mengenai dirinya sudah beredar di beberapa media cetak. Saat ditanya, ia meng­elak. “Saya bahkan tak pernah membaca. Saya fokus pada usaha, kuliah, dan membantu orangtua,” keluhnya.

Hidup bukanlah semata-mata untuk melakukan ak­tivitas demi aktivitas. Bagaimanapun juga kita perlu menye­lesaikan sesuatu mencapai hal tertentu. Betapa menjemu­kannya hidup jika setiap saat kita hanya bekerja-bekerja dan bekerja saja, atau berdagang-berdagang dan berdagang terus. Anda mungkin telah mencapai sesuatu, tetapi apakah itu yang Anda cari? Apakah itu tujuan akhir Anda ?

Setiap orang tentu ingin mencapai sukses tapi apakah arti sukses itu bagi Anda? Berikut adalah tip perlu saudara renungkan:

  • Renungkan dan luangkan sedikit waktu mendapatkan apa arti sukses bagi Anda dan bekerja menuju sukses yang Anda inginkan.
  • Jangan gunakan definisi sukses menurut teman, orangtua, saudara atau orang-orang lainnya. Mereka masing-masing memiliki panggilan yang tidak sama dengan anda. Semua harus dimulai dari apa yang anda inginkan dalam hidup ini.
  • Buatlah lebih tajam daftar yang Anda ingin saya tahu saudara lebih mampu menyusun daftar tang hal-hal yang tidak saudara inginkan. Bukan itu yang saudara butuhkan, sebab dengan daftar panjang tengang hal-hal yang tidak kita inginkan, Anda akan lebih banyak memikirkan hal-hal yang tidak kita inginkan daripada apa yang sesungguhnya diinginkan.
  • Berpikirlah lebih pada apa yang Anda inginkan Bila ini dapat Anda kuasai, maka Anda akan bekerja dengan passion, bukan rasa takut, cemas, atau segala hal yang tidak berempati terhadap kehidupan. Kebahagiaan dimulai dari kecintaan dan empati. Mereka yang membangun hidup­nya dengan passion akan memperoleh, menyelesaikan atau meraih sukses yang lebih besar daripada yang tidak.
  • Kembangkanlah potensi diri Anda dan temukan kekuatan pada potensi itu. Banyak sekali kaum muda yang terlalu asik dan terbelenggu dengan apa yang mereka mili­ki saat ini daripada yang biasa dikerjakan hari ini. Ini memang lebih balk daripada mereka yang berfokus pada apa yang mereka tidak miliki. Namun hasilnya akan jauh lebih hebat lagi, bila Anda juga mulai memikirkan potensi-potensi yang ada dalam diri Anda. Bekerjalah pada apa yang Anda in­ginkan karena itulah potensi Anda (whatyou wants) bukan pada apa yang Anda miliki saat ini (whatyou have).
  • Mulailah investasikan waktu Anda untuk menda­patkan dan menemukan potensi diri dan passion Anda sekarang juga. Kita tidak akan pernah menemukan tempat yang tidak pernah kita definiaikan. Anda mungkin ticak mengenal tempat itu secara detail dan spesifik, namun Anda harus tahu apa yang sebenarnya Anda inginkan.
  • Potensi dan passion Anda adalah apa yang mem­buat Anda bekerja dengan penuh energi dan membahagiaan, menimbulkan kesenangan, dan menghasilkan imbalan keba­hagiaan yang besar. Temukanlah potensi itu sekali lagi dan jangan berhenti berpikir sebelum Anda menyadarinya.

 

Dari Buku: Wirausaha Muda Mandiri Part 1: Kisah Inspiratif Anak Muda Mengalahkan Rasa Takut dan Bersahabat dengan Ketidakpastian, Menjadi Wirausaha Tangguh. Oleh: Rhenald Kasali Penerbit: Gramedia.

Elang Gumilang, Pemilik Rumah Sehat Sederhana: Ketika Elang Mengepakkan Sayap

Burung elang yang bermata tajam memiliki naluri survival tinggi dan perkasa. Sekali ia mengepakkan sayap, maka sebagai predator ia tak akan gagal memangsa. Elang Gumilang yang namanya diambil dari keperkasaan sang burung raja, juga memiliki naluri dan intuisi tajam pada bisnis properti yang ditekuninya. Pada usia belum genap seperempat abad berlandaskan kepedulian terhadap orang miskin, sayap bisnisnya membuahkan miliaran rupiah setiap tahun.

PAGI YANG MENGGELIAT di kota Bogor terasa sejuk. Dunia mulai bangun, senada dengan berputarnya roda kegiatan hari itu. Hanya 15 menit bermobil dari Kampus IPB – Der­maga Bogor, terbentang sebuah perumahan sederhana ber­tipe 22/60. Mungil, tapi fungsional. Inilah tempat untuk pulang – bagi mereka yang terbilang miskin. Inilah hasil cipta seorang muda yang tak hanya peduli pada dirinya sendiri, tapi juga peduli pada kaum yang tak seberuntung dirinya. Kepedulian yang mengantarnya pada sebuah hidup yang bermakna – sebuah hidup yang berlandaskan keseimbangan.

Adalah Elang Gumilang (24), wirausaha muda yang berada di ba­lik pembangunan perumahan amat sederhana itu. Tangan dinginnya menelurkan apa yang selama ini sangat jarang dilakukan pengembang kawakan – bermodal besar atau kecil – untuk mencipta perumahan khusus orang miskin.

Selama ini, bisnis properti sepertinya hanya ditujukan bagi kaum berpunya, demikian Elang berpikir. Mereka yang papa dan mem­butuhkan tempat bernaung justru hanya punya mimpi untuk memiliki rumah sendiri. “Ada 75 juta penduduk negeri ini yang membutuhkan rumah. Ini peluang bisnis, tapi kita sekalian ibadah membantu orang juga,” katanya.

 

TARGET 2000 RUMAH

Berayahkan seorang kontraktor, buat Elang bukan hal mustahil mencoba segala jenis usaha. Ditambah sejumlah pertimbangan men­dalam, awal 2005 – tatkala ia masih menjadi mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor (IPB) – ia mulai membeli sepetak tanah dan membangun rumah pertamanya. Modal diper­oleh dari patungan bersama teman-temannya semasa SMA maupun kuliah. Rumah sederhana berukuran 22 meter persegi dengan lugs tanah 60 meter persegi itu langsung pindah tangan ke­tika selesai dibangun. Terbukti, orang haus akan rumah murah seharga 25-37 juta rupiah – harga yang bagi sebagian kalangan menengah sangat atas tidak cukup untuk membeli mobil, bahkan tas bermerek – karena mengidamkan tempat berlindung yang pasti.

Saat itu, jumlah pekerja Elang baru sekitar tujuh orang untuk mengurusi administrasi hingga pemasaran. Namun lambat laun, bisnisnya ini berakar, menggeliat, dan bertumbuh. Dari satu unit, Bertambah terus menjadi tiga unit. Bertambah terus, sampai sudah sekitar lebih dari 200-an rumah dibangunnya. Target yang dicanangkannya tak tanggung-tanggung. Perusahaan Semesta Guna Grup miliknya, ingin membangun 2.000 unit rumah sederhana. Dalam waktu setahun, investasi yang ditanamkan naik berlipat. Nilai jual objek pajak (NJOP) tanah yang tadinya hanya Rp 50 ribu misalnya, melejit hingga lima kali lipat dalam dua semester.

Omzet per tahunnya pasti bikin pengusaha mana pun berdecak kagum – mengingat awal mula sepak terjangnya – karena tak kurang dari Rp 20 miliar per tahun dapat ia bukukan. Belum lagi dari kontrak preperiodik terbarunya menambah Rp 80 miliar hingga Rp 100 miliar ke bisnisnya.

BIODATA

ELANG GUMILANG

Bogor, 6 April 1985

Email: ksatria_paningit2@yahoo.com

PENDIDIKAN:

2003 —Sekarang Mahasiswa Manajemen FEM Institut Pertanian Bogor

NAMA USAHA:

Developer Griya Salak Endah I & Griya Salak Endah II

Alamat: JI. Kyai Haji Abdullah No. 194, Ringroad Taman Jasmin, Bogor

Telp: 0251 215567, Fax: 0251 2263870

PENGHARGAAN:

2008 Indonesia’s Top Young Entrepreneur

2007 Pemenang I Wirausaha Muda Mandid Kategori Mahasiswa Program Diploma dan Sarjana

LAIN LAIN:

2008 — Sekarang Developer Griya Salak Endah I, Griya Salak Endah II, Bumi Warnasari Endah, Pertambangan Pasir Kuarsa, Griya Ciampea Endah

Elang Gumilang, mahasiswa sederhana dari IPB – kampusnya petani – anak H. Enceh dan Hj. Prianti, kini mempekerjakan ratus­an karyawan pada setiap proyeknya. Sekitar 30 tenaga adminitrasi dan 100 pekerja di setiap proyek siap membantunya. Elang – lajang kelahiran Bogor, 6 April 1985 – telah mengepakkan sayap bisnis se­jauh yang ia bisa, dan terbang setinggi yang dapat ia capai.

 

‘OTOT’ DAN ‘OTAK’ BISNIS

Elang terlahir dari keluarga yang lumayan berada, namun ber­gaya hidup bersahaja. Pendidikan moral dari orangtuanya tertanam baik.

Ajaran itu terus berurat akar dalam dirinya. Sebagai pelajar sekolah, ia termasuk siswa yang gemilang. Jiwa wirausaha Elang mu­lai terasah saat ia duduk di bangku kelas 3 SMU. Ia mempunyai target setelah lulus SMA harus mendapatkan uang Rp 10 juta untuk modal kuliah. Tanpa sepengetahuan orangtua, ia berjualan donat keliling ke sekolah-sekolah dasar di Bogor. Namun, akhirnya orangtuanya tahu juga. Elang disuruh berhenti berjualan karena UAN (Ujian Akhir Na­sional) telah menjelang.

Dilarang berjualan donat, pemenang lomba bahasa Sunda tahun 2000 se-Bogor ini tertantang mencari uang dengan cara lain. Pada 2003, ketika Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB mengadakan lomba Java Economic Competition se-Jawa, Elang mengikutinya dan berhasil memenanginya. Begitu pula saat Fakultas Ekonomi Univer­sitas Indonesia menyelenggarakan kompetisi Ekonomi, Elang sukses menjadi juara ketiga. Hadiah uang yang diperolehnya, ia kumpulkan untuk modal kuliah.

Setelah lulus SMU, Elang melanjutkan kuliah di Fakultas Ekono­mi IPB tanpa tes. Saat itulah, bermodalkan uang sejuta rupiah, ia kem­bali berniat untuk memiliki sebuah usaha.

Awalnya, uang itu ia belanjakan sepatu, yang lantas dijual di Asrama Mahasiswa IPB. Hanya perlu waktu sebulan, ia sudah bisa mengantongi uang Rp 3 jutaan. Sayang, setelah berjalan beberapa ta­hun, supplier yang digunakannya menurunkan kualitas sepatu. Bisnis sepatu pun sirna. Ia melihat, lampu-lampu redup di kampus 1PB se­bagai peluang bisnis pengadaan lampu. Elang mencoba menerapkan strategi bisnis tanpa modal.

 

                                Kepak Sayap Keseimbangan

TERBIASA MENDAPATKAN SESUATU dengan usaha menumbuhkan ide kreatif Elang Gumilang untuk berwirausaha. Sejak kecil, ia diajari bahwa tidak ada sesuatupun yang dapat diperoleh cuma-cuma. Jiwa wirausahanya mulai tumbuh A duduk di bangku kelas 3 SMU, saat ia bertekad memiliki uang sepuluh juta rupiah sebagai modal kuliahnya. la mulai dengan berjualan donat keliling, sepatu hingga ayam potong. Prinsip hidupnya yang mengutamakan keseimbanganpunmenjadi dasar untuk mendirikan rumah sehat sederhana yang difokuskan untuk kalangan berpenghasilan rendah.

Q: Sejak kapan Elang mulai berbisnis?

A: Saya sudah memulainya Sejak masih di bangku SD, tapi benar-benar serius menjadi entrepreneur saat duduk di bangku SMA tahun 2002. Saat itu, saya menargetkan diri sendiri untuk punya uang sepuluh juts rupiah supaya bisa kuliah. Saya mulai dengan berjualan donat diam-diam. Namun akhirnya, alhamdulillah ketahuan orangtua. Disuruh berhenti dulu sebab ujian akhir telah menjelang. Kemudian saya mengubah taktik. Kalau tadinya berbisnis dengan cara berjualan donat, lalu saya mulai hunting perlornbaan-perlom­baan. Itu yang menyebabkan saya bisa menjadi pemenang di beberapa perlornbaan di tingkat nasional. Dan mendapatkan hadiah lumayan.

Q: Setelah mencoba berbagai bisnis pads akhirnya terdampar di satu hisnis, apa itu?

A: Sejak mengikuti lomba, saya mulai punya kebiasaan untuk berpikir tentang masa depan. Saya pikir, mungkin saya kurang bersyukur. Saya sering menyesali keterbatasan diri. Setelah menyadari apa kekurangan saya, Saya sholat istigarah. Setelah sholat istiqarah, di dalam mimpi, saya lihat bangunan-bangunan seperti di Manhattan City. Wow, bangunannya keren-keren. Setelah bertanya kepada orang di dalam mimpi: Itu siapa yang membangun? Kata orang di dalam mimpi itu: Itu kan Anda sendiri. Ya sudah.

Q: Manhattan City di New York?

A: Betul

Q : Pernah ke Manhattan ?

A : belum. (tertawa)

Q : Belum pernah. Jadi angan-angan yang keluar dalam bentuk mimpi. Lantas bagaimana membangun usaha perumahan ?

A : Yang jelas kita harus bisa membaca pasar. Sekarang ini pemerintah sedang peduli terhadpa masyarakat kelas menengah ke bawah. Sedangkan di Indonesia masih ada sekitar 70 juta rakyat yang belum memiliki rumah. Itu merupakan pasar yang sangat besar. Apalagi sekarang ada subsidi dari Menteri Perumahan Rakyat untuk masyarakat kelas ekonomi menengah ke bawah.

Q : Itu artinya anda memasuki segmen Rumah sederhana ?

A :  Betul

Q : Siapa yang memberitahu anda harus begini ?

A: Ada beberap pengusaha, baik itu kontributor yang mengerti konstruksi, developer, dan juga orang hukum. Jadi itu semua diambil secara kebetulan, sebagian-sebagian.

Q : Apa yangmendorong anda berbisnis ?

A : ada empat hal. Pertama, ingin membahagiakan orangtua. Kedua, manusia itu akan dikenang dengan karyanya, nama baiknya. Yang ketiga, ingin membuktikan sukses tidak harus dimulai dengna memiliki gelar lebih dulu, atau mesti tua dulu. Kesuksesan bisa dimulai sejak kita muda. Dan yang keempat, globalisasi. Ketika saya berada di tingkat dua, saya belajar. teori keuangan sedangkan teman-teman di luar negeri sudah lebih dina­mis. Mereka sudah bisa membuat kerjasama dengan perusahaan-perusahaan multinasional. Saya tidak mau kalah. Usia saya sama dengan mereka, yang membedakan hanya bagaimana cara kita membuat dunia kita lebih baik dari hari ini.

Ia mengisahkan hikayat seorang pemuda miskin di Amerika Latin. Setiap hari si pemuda melambaikan tangan pada seorang pengusaha tembakau kaya raya dari Amerika yang se­dang bertandang. Pada awalnya, lambaian tangan itu tidak dipeduli­kan. Namun, karena selalu berulang, pengusaha tembakau itu pena­saran dan menanyakan maksud sang pemuda. Jawab si miskin adalah: “Saya punya tembakau kualitas bagus. Bapak tidak usah membayar dulu, yang penting saya dapat PO dulu dari Bapak.” Setelah men­dengar jawaban tersebut, si pengusaha kaya lalu membuatkan tanda tangan dan stempel kepada pemuda tersebut. Dengan modal itu, sang pemuda mengumpulkan hasil tembakau di kampungnya untuk dijual ke Amerika lewat si pengusaha kaya raya itu. Maka, jadilah pemuda itu orang kaya raya tanpa modal.

Strategi inilah yang ditiru Elang. Bermodal surat dari kampus, ia melobi perusahaan lampu Philips pusat untuk menyetok lampu di kampusnya. “Alhamdulillah proposal saya gol, dan setiap penjualan saya mendapat keuntungan Rp15 juta,” ucapnya bangga. Namun, ka­rena bisnis lampu ini musiman dan perputaran uangnya lambat, ter­pikir oleh Elang untuk mencari bisnis yang lain. Setelah melihat celah di bisnis minyak goreng, Elang mulai menekuni jualan minyak goreng ke warung-warung. Tapi, karena bisnis minyak ini 80 persen menggunakan otot, sehingga meng­ganggu kuliah, ia memutuskan untuk berhenti berjualan.

Menyimak perjalanannya, Elang mengaku bahwa bisnis demi bisnis yang dilakukannya le­bih banyak menggunakan otot dari pada otak. Ia lalu berkonsultasi ke beberapa pengusaha dan dosennya untuk memperoleh wawasan lain. En­lightment lalu ditemukannya. Berbisnis tidak harus selalu memakai otot, dan banyak peluang bisnis yang tidak menggunakan otot.

Setelah mendapat berbagai masukan, merintis bisnis Lembaga Bahasa Inggris di kampusnya. Karena lembaga kursus itu ditangani secara profesional dengan tenaga pengajar dari lulusan luar negeri, pihak Fakultas Ekonomi memercayakan lembaga­nya itu menjadi mitra. Karena dalam bisnis ini ia tidak terlibat lang­sung, ia manfaatkan waktu luangnya untuk bekerja sebagai marketer perumahan.

UNTUK ORANG LAIN

Sebenarnya, tanpa beralih ke bisnis properti, untuk dirinya sen­diri, Elang tidak bisa dibilang kurang mapan. Pemuda antirokok ini sudah mempunyai rumah dan mobil sendiri. Namun di balik keber­hasilannya itu, Elang merasa ada sesuatu yang kurang. “Kenapa kon­disi saya begini, padahal saya di IPB hanya tinggal satu setengah ta­hun lagi. Semuanya saya sudah punya, apalagi yang saya cari di dunia ini?” ia berdialog dengan nuraninya.

Ilham dari Atas diperolehnya. Bisnis propertilah yang ditunjuk­kan Tuhan kepadanya. Namun, bisnis properti yang ditujukan untuk orang miskin lebih karena hatinya ikut tersentuh. “Banyak orang di Indonesia terutama yang tinggal di kota belum punya rumah, padahal mereka sudah berumur 60 tahun. Biasanya kendala mereka karena DP yang kemahalan, cicilan kemahalan, jadi sampai sekarang me­reka belum berani untuk memiliki rumah,” ungkapnya pada sebuah kesempatan.

Karena modalnya pas-pasan, untuk media promosinya sendiri, Elang hanya mengiklankan di koran lokal. Karena harganya yang relatif murah, pada tahap awal pembangunan langsung terjual habis. Meski harganya murah, tapi fasilitas pendukung di dalamnya sangat komplet, seperti Klinik 24 jam, angkot 24 jam, rumah ibadah, seko­lah, lapangan olah raga, dan juga dekat dengan pasar. Karena rumah itu diperuntukkan bagi kalangan ekonomi bawah, kebanyakan profesi konsumennya adalah buruh pabrik, staf tata usaha (TU) IPB, bahkan ada juga para pemulung.

Sukses yang sudah di tangan tidak membuat Elang lupa diri. Justru, ia semakin mendekatkan diri kepada Tuhan. Salah satu wujud rasa syukur atas nikmatnya itu, dalam setiap proyek ia selalu me­nyisihkan 10 persen untuk kegiatan aural. “Uang yang 10 persen itu saya masukkan ke BMT (Baitul Mal Wa Tanwil/tabungan) pribadi, dan saya alokasikan untuk membantu orang-orang miskin dan orang yang kurang modal,” bebernya. Bagi Elang, materi yang saat ini ia miliki mengandung hak orang miskin yang wajib dibagi. Selain menyisih­kan 10 persen dari hasil proyeknya, Elang juga memberikan sedekah mingguan, bulanan, dan bahkan tahunan kepada fakir miskin. Pendi­riannya; sedekah tidak perlu banyak tapi yang paling penting adalah kontinuitas dari sedekah tersebut.

Masih banyak sebenarnya yang ingin Elang lakukan. Di antara­nya, ia bercita-cita ingin mendirikan perusahaan yang dapat mem­pekerjakan 100 ribu orang. Elang Gumilang, masih akan terus mengepakkan sayap.

Seorang Elang Gumilang yang hanya seorang anak kampung, dan kampungan, tiba-tiba oleh Bank Mandiri diajari ilmu manajemen yang sesungguhnya supaya bisa bergaul. Bank Mandiri juga memberikan segala fasilitas, dan yang paling utama dari itu semua adalah kredi­bilitas dan reputasi. Jadi yang tadinya orang bilang hanya punya satu perumah­an, sekarang Saya sudah memiliki tiga perumahan.

Hukum Wirausaha #1

Kenali dan Guntinglah Belenggu Yang Mengikat Kaki dan Pikiran-Pikiranmu

 

Kita semua adalah tahanan pada sebuah penjara. Yang ineinbedakan satu dengan yang lain adalah beberapa orang menernpati sel berjendela, sedangkan lainnya menempati sel tanpa jendela.

– Kahlil Gibran

 

ADA DI ANTARA kita yang mempunyai sayap dan memi­liki kebebasan untuk terbang kemanapun kita henclak pergi. Namun tak seclikit di antara anak-anak muda yang tidak memilikinya sama sekali. “Kalau tak punya sayap, bagaimana bisa terbang?” tanya penerima hadiah Nobel Perdamaian, Muhammad Yunus.

Yang lebih menyedihkan sebenarnya terjadi pada mereka yang sesungguhnya memiliki sayap, namun mem­biarkan kaki dan tangannya terbelenggu. lbarat burung dara yang tak boleh terbang jauh, bulu-bulu pada sayapnya di­potong menjadi pendek oleh pemiliknya. Yang lebih berun­tung nasibnya, bulu-bulu itu disulam menjadi satu oleh pemiliknya. la hanya bisa mengepak-ngepakkan sayapnya saja di darat, tak bisa terbang tinggi seperti yang lain.

Demikian pulalah dengan manusia. Banyak orang yang berkenalan dengan cara berbisnis berkali-kali, namun tak semuanya clapat mengerakkan sayapnya tinggi ke angkasa. Ada semacam belenggu. Ya di tangan, ya di kaki. Di dalam pikiran atau di dalam hati. la menghalangi, menghambat, menurunkan nyali, menyurutkan tindakannya.

Saya ingin menegaskan, sebelum kalian terbang, bukalah, guntinglah, cabik cabiklah belenggu-belenggu yang mengikat diri dengan penuh keberanian atau tum­buhkan kembali bulu-bulu yang sudah dipotong pendek agar punya kekuatan baru. Tanpa keberanian, tak akan pernah kalian terbang tinggi melihat indahnya cakrawala. Berikut adalah saran-saran yang clapat saga berikan untuk menggunting belenggu:

  • Kenali belenggu-belenggu diri dengan memerik­sa inventory dari daftar belenggu ini: keluarga (yang terlalu banyak aturan atau membuat Anda terlalu nyaman), sikap­-sikap negatif (pencemburu, pemarah, fanatisme/dogma­tisme, reaktif, gengsi, pemalu, pencemooh, racist, serakah, tak bisa mengontrol diri, dan seterusnya), kecerdasan (terla­lu tergantung pada diri sendiri), tak ada tantangan, lingkup terlalu sempit, pergaulan, dan sebagainya.
  • Setelah mengenali belenggu-belenggu diri, cobalah keluar dengan memeriksa apakah semua itu memberi hasil yang Anda inginkan? Kalau Anda tidak suka dengan hasil yang Anda cari keluarlah dari sana dan lepaskan selimut rasa nyaman Anda. Carilah lingkungan baru. Ingatlah, manusia-manusia unggul akan merekrut manusia-manusia unggul. Sedangkan manusia kelas dua hanya akan mengambil manusia-manusia kelas tiga atau kelas empat yang kwalitasnya lebih rendah.
  • Latihlah otot otot tangan dan kaki yang jarang di­pakai dengan bergerak setahap demi setahap. Jangan me­nyerah dan kembali pulang sebelum Anda berhasil berjalan dengan kepala tegak membawa hasil yang Anda inginkan.
  • Hidup Anda bukan ditentukan oleh “sejarah hidup Anda,” melainkan respons apa yang Anda ambil terhadap kejadian-kejadian yang menimpa Anda. Orang­-orang yang gagal tak berani menggunting belenggu. Mereka malahan membuat belenggu yang lebih kuat dengan menyalahkan masa lalu.
  • Anda sendirilah yang harus membebaskan belenggu-belenggu pada diri Anda. Setelah itu carilah orang-orang yang bersedia menjadi guru bagi hidup Anda. Guru-guru itu harus Anda bayar dengan kerja keras, disiplin, sikap-sikap positif, karya-karya spektakuler dan kebaikan hati. Mereka akan mengajarkan bagaimana cara nya terbang dengan terbang bersama.
  • Setelah semua belenggu terlepas, janganlah berfokus pada hat-hat yang tidak bisa Anda kerjakan. Berfokuslah pada apa yang bisa Anda kerjakan. Jangan mencemburui keberhasilan orang lain, karena setiap orang memiliki keunikan dan caranya masing-masing. Kembangkanlah kebisaan baru yang Anda kembangkan sendiri.

Dari Buku: Wirausaha Muda Mandiri Part 1: Kisah Inspiratif Anak Muda Mengalahkan Rasa Takut dan Bersahabat dengan Ketidakpastian, Menjadi Wirausaha Tangguh. Oleh: Rhenald Kasali Penerbit: Gramedia.

Garilbadi Thohir, Tak Kapok Meski Pernah Jatuh Bangun di Bisnis Batu Bara, Kini Sukses Lewat Adaro

Nama Garilbadi Thohir tak bisa dipisahkan dari perusahaan tambang batu bara terkemuka Indonesia, Adaro. Namun, sebelum memimpin perusahaan itu, Boy, begitu dia disapa, sudah jatuh bangun menekuni bisnis batu bara. Berikut adalah penuturan pengalamannya dalam berbisnis.

 

Kapan terlibat di bisnis tambang batu bara?

Saya lulus SMA pada 1984 di SMA 3. Setelah itu, saya melanjutkan pendidikan saya di Amerika Serikat ambil bachelor dan master. Pada 1991 saya pulang ke Indonesia dan langsung berpikir mencari kerja. Waktu sudah sempat melamar ke beberapa perusahaan asing khususnya asal Amerika Serikat dan diterima dengan gaji sekitar US$2.000.

Begitu mendapatkan pekerjaan itu, saya beritahu ayah dan reaksinya kala itu adalah beliau tidak setuju saya bekerja di perusahaan orang lain. Saya bersyukur mempunyai ayah Teddy Thohir yang mengarahkan untuk menjadi pengusaha.

Ayah yang juga pendiri Astra mengubah pola pikir saya. Saat itu beliau menantang saya untuk mengembalikan biaya kuliah yang sudah saya habiskan sekitar Rp700 juta.

Dengan gaji US$2.000 sebulan tentunya membutuhkan waktu yang sangat lama untuk melunasinya.

Akhirnya saya menyerah dan mengikuti apa yang diinginkan beliau. Lantas ayah meminta saya untuk bekerja di perusahaannya karena waktu itu dia full time di Astra. Lama bergabung di sana, saya pun merasa bosan karena hanya menghadiri rapat mewakili Teddy Thohir, ayah saya.

Kemudian saya bicara ke ayah ingin berbisnis sendiri dan memilih properti sebagai langkah awal. Alasannya, waktu itu saya melihat peluang di daerah Casablanca karena akan dibuat jalan tembus dari Tebet ke Prof. Satrio.

Melihat itu, saya memutuskan membangun apartemen di kawasan itu di atas lahan seluas 2.000 meter saja. Berbisnis properti yang saya pikir mudah ternyata tidak seperti yang dipikirkan.

Pembebasan lahan menjadi masalah utama. Tidak hanya itu, rencana awal hanya 2.000 meter per segi malah meningkat menjadi 3,2 hektare karena pembebasan tanah negara minimal satu kaveling yang luasnya sekitar 5.000 meter persegi.

Biaya membengkak, akhirnya saya bicarakan ke ayah dan mengatakan tidak sanggup kalau harus membeli seluas itu. Solusinya ada, yaitu membeli dan kemudian menjualnya kembali ke Astra karena dulu Edwin Soeryadjaya berkeinginan membangun Astra City.

Dari properti, pada 1992 saya berkenalan dengan pengusaha asal Australia yang memiliki perusahaan tambang di Sawah Lunto-Sumatra Barat dengan bendera PT Allied Indo Coal (AIC).

Tahun itu, batu bara belum diminati pasar. Batu bara AIC berkalori 6.9007.300 dinilai US$32,5 per ton, padahal biaya produksi mencapai US$32, untung kami hanya US$0,5 per ton.

Namun, saya optimistis kalau batu bara ini akan menjadi pengganti minyak sebagai energi utama. Permasalahan datang pada 1997, mitra saya pengusaha asal Australia kabur dan pemilik lahan pertambangan yang semula sudah dibebaskan menggugat AIC.

Tak ingin bermasalah, saya pun membayar para pemilik yang mengaku tanahnya dijadikan lahan pertambangan AIC. Namun, saya tidak mau menyerah, filosofi saya kalau mau berhasil harus gigih, ulet, dan tekun.

Bagi saya, AIC merupakan sekolah pertama dan hingga sekarang masih tetap berproduksi sekitar 5.000 ton per bulan untuk memasok kebutuhan PLTU Ombilin.

Dari Sawah Lunto, saya mulai merambah Kalimantan dengan menggunakan PT Padang Bara Sukses Makmur (PBSM) menggandeng Theodore Permadi (T.P) Rachmat. Alasannya waktu itu, ingin berbagi risiko. Selain itu, T.P Rachmat yang biasa dipanggil Tedi juga sangat jago dalam hal manajemen dan keuangan.

Di Kalimantan Selatan, saya bertemu dengan H. Sulaiman pemilik PT Hansur, kami pun bekerja sama di bawah bendera PT Bumi Rantau Energi. Di pertambangan milik H. Sulaiman, kalori batu bara yang dihasilkan sangat rendah akibatnya harga pun hanya sekitar US$13,5 per ton lebih rendah daripada Sawahlunto.

 

Mengapa masih bertahan meski berulang kali gagal?

Karena bisnis yang ingin saya geluti hanya dua yaitu natural resources dan population base atau bisnis konsumer. Dari Kalsel saya masuk di Kalimantan Tengah, hanya berdasarkan mimpi orang. Waktu itu saya berdua dengan Tedi sangat berambisi membesarkan perusahaan ini. Apa pun dilakukan untuk mendapatkan lahan pertambangan, sampai mimpi orang pun dipercaya.

Karena tidak logis, akhirnya investasi yang kami tanamkan sebesar US$30 juta melayang. Saya tak pernah kapok. Gagal, saya pun memutuskan untuk serius membesarkan Padang Bara di Kalsel yang baru untung Rp5 miliarRp10 miliar.

Agar produksi Padang Bara diminati pasar, saya mencari solusi dengan blending. Waktu itu, Adaro menjadi pilihan karena dua orang pemiliknya Edwin Soeryadjaya dan Sandiaga Uno sudah di perusahaan itu.

Berteman dengan mereka tak lantas membuat Padang Bara mudah mendapatkan batu bara dari Adaro karena yang mengoperasikannya adalah New Hope dan harga batu bara pada 20042005 sudah mulai naik.

Tidak beberapa lama setelah kami melakukan pendekatan ke Adaro, saya mendengar perusahaan itu mau dijual. Lantas saya mendekati pak T.P Rachmat, Edwin Soeryadjaya, Sandiaga Uno, Benny Soebianto agar membeli Adaro.

Pembelian Adaro ini seperti reuninya pendiri Astra. Saya mewakili ayah Teddy Thohir, Edwin mewakili William Soeryadjaya, T.P Rachmat menantunya William Soerdyajaya.

Persoalan berikutnya adalah pendanaan. Strategi kami waktu itu adalah dengan menggunakan sistem leveraged buyout untuk mendapatkan pinjaman US$1 miliar. Kami pun menggandeng konsorsium internasional terdiri dari Noonday Asset Management Asia Pte. Ltd, GIC Special Investments, Kerry Coal (bagian dari grup Kuok), Goldman Sachs, Citigroup Global.

Krediturnya DBS Bank, Standard Chartered, RBS, ANZ, UOB Asia, Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ, Mandiri, Sumitomo Mitsui Banking Corporation. Kami berlima memegang 65% dan sisanya konsorsium asing 35%.

 

Siapa yang mendorong Anda untuk membeli Adaro?

Bukan percaya diri, tetapi saya selalu memanfaatkan kesempatan yang datang. Menurut saya, perusahaan ini bagus, manajemennya bagus, rekan yang saya gandeng juga bereputasi baik.

Tahun itu, kami juga dituduh melakukan transfer pricing, karena nilai transaksinya yang tinggi. Namun, kami bisa buktikan dengan rekam jejak yang baik. Contohnya saja pajak, pada 2008-2009, mungkin kami pembayar pajak terbesar.

 

Tidak ada konflik dengan sesama pemegang saham?

Kami diuntungkan, karena ini kan seperti reunion pendiri Astra. Saya tidak mengerti alasan mereka [pemegang saham] memilih saya untuk memimpin perusahaan ini. Namun, saya berterima kasih atas semua itu.

Namun, karena kami melihat Adaro ini himpunan keluarga besar, akhirnya manajemen sepakat untuk mencatatkannya ke pasar modal. Jadi, semuanya mengikuti aturan main yang ada. Meski waktu itu tetap ada perbedaan pendapat. Karena tujuan kami satu ingin membesarkan perusahaan ini, akhirnya disepakati go public.

Kami berharap, meski pemegang saham berganti perusahaan ini akan tetap ada seperti Astra yang telah berganti kepemilikan berulang kali.

 

Apa yang akan Anda lakukan selanjutnya?

Kalau sampai sekarang perusahaan ini dari pertambangan ke pelabuhan, kini manajemen akan mengembangkannya dari pertambangan ke pelabuhan ke pembangkit listrik.

Saat ini kami membangun pembangkit berkapasitas 2X30 MW, sekitar 10 MW untuk masyarakat sekitar dan sisanya untuk perusahaan dalam rangka efisiensi penggunaan pembangkit dari minyak.

 

Selain pembangkit listrik?

Kami juga membangun islamic cen ter sebagai tempat peribadatan masyarakat setempat. Selain itu, manajemen tengah melakukan kajian untuk membangun Tanjung City Center sebagai tempat rekreasi masyarakat Kalimantan Selatan yang membutuhkan dana sekitar Rp100 miliar.

Kami juga tengah melakukan kajian untuk membangun Adaro Institute dalam rangka melahirkan sumber daya manusia lokal yang andal, karena selama ini tenaga kerja banyak berasal dari lulusan ITB dan UPN Jogja.

 

Siapa tokoh idola Anda?

Ayah saya dan Om William Soerjadjaya. Mereka mengajarkan saya bagaimana menjadi pengusaha yang tangguh tetapi tetap humble dan dekat dengan karyawan.

 

Apa makna dari logo PT Adaro Energi Tbk?

Logo ini yang mendesain Landor Associates yang juga mendesain logonya PT Garuda Indonesia Tbk, BP Petroleum dan banyak lagi. Pada waktu Adaro mau go public, saya dan teman-teman memutuskan untuk membuat logo baru.

Pemilihan Landor sebagai perusahaan yang mendesain logo awalnya mendapat reaksi dari pemegang saham dengan alasan itu perusahaan asing.
Lantas saya jelaskan, suatu hari perusahaan ini akan menjadi perusahaan tambang berkelas dunia, semuanya harus dipikirkan dari jauh hari termasuk logo dan apa makna yang tertera.

Sejak semula, saya memang memiliki mimpi besar, ingin membawa Adaro ke level yang lebih besar. Maka, dipilihlah Landor dan logonya menyerupai diamond atau berlian karena batu bara kalau ditunggu selama 2 juta tahun akan menjadi berlian.

Selain itu, pemilihan logo menyerupai berlian karena batu bara produksi Adaro dari sisi kandungan ash content (kadar abu) merupakan yang terendah di dunia. Saya membayangkan nilai batu bara kami seperti berlian, sangat berharga. Kalau orang bilang batu bara ini emas hitam, tetapi saya menyebutnya diamond hitam.

Untuk warna hijau dan biru, artinya mencerminkan kegiatan produksi Adaro ramah lingkungan karena itu kami menyebutnya sebagai enviro coal. Karena batu bara kami itu salah satu terbaik di dunia dalam hal ultra low sulfur dan ultra low ash.

 

Apakah sebelum ini, Adaro sudah mempunyai logo?

Cikal bakal Adaro Indonesia ini kan dari Adaro. Nama Adaronya masih sama tetapi sudah dimodifikasi lebih internasional. Ciri lamanya tetap ada. Seperti saya bilang, pada waktu mau mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia para pemegang saham hanya ingin mengubah tulisan PT Adaro Indonesia, tetapi akhirnya kami putuskan juga untuk membuat logo baru.

 

Nama Adaro sejak kapan?

Nama Adaro sudah ada sejak awal. Adaro itu adalah nama seorang geologist dari Spanyol. Dia merupakan bapak geologi Spanyol. Karena pemilik awal pertambangan ini adalah orang Spanyol, maka dinamakan Adaro.

Tapi kok syukur alhamdulillah arti nama Adaro itu, meski sedikit beda pengucapannya, dalam bahasa setempat (Banjar) anugerah dari Tuhan. Jadi, sekarang saya mengartikannya anugerah dari Tuhan karena pertambangan ini sudah menjadi aset bangsa.

sumber: http://www.bisnis.com/articles/boy-thohir-tak-kapok-di-bisnis-batubara

Fokus Kunci James Riady dalam Mengembangkan Grup Lippo

Setiba di Universitas Pelita Harapan di Karawaci, Tangerang, kami menunggu sekitar 5 menit sampai James Riady muncul di salah satu ruangan dengan senyum dan ramah menyapa. Di ruangan tersebut James ditemani dua orang stafnya.

 

Tidak disangka bahwa pemilik konglomerasi kondang itu bersedia secara panjang lebar mengemukakan pemikirannya, disertai aura wajah yang cerah.

 

Di sela-sela perbincangan, James sempat menerima telepon dari ibunya yang mengingatkan agar dia berhati-hati dalam perjalanan karena hari hujan.

 

“Maaf, saya harus terima telepon dulu, ibu saya,” katanya kepada kami sambil tersenyum menggambarkan kedekatannya dengan sang ibu.

 

Memasuki perbincangan bisnis, Lippo awalnya terkenal dengan dua bisnis besar yang digelutinya yakni properti dan perbankan. Tidak selalu pasang naik, pasang surut pun mereka alami. Nama Bank Lippo kini tinggal kenangan karena bergabung ke dalam CIMB Niaga, tetapi di bidang properti kelompok usaha ini menunjukkan mereka merupakan salah satu yang terdepan.

 

Lippo, yang kini memasuki usia 60 tahun, kemudian juga menekuni bidang bisnis perhotelan, ritel, kesehatan, pendidikan, media yang mengarah pada multimedia, serta information and communication technology (ICT). James Riady pun sukses menjadi generasi kedua keluarga yang mampu melanjutkan kejayaan ayahnya, Mochtar Riady.

 

Di bidang bisnis healthcare, Lippo mengelola tujuh rumah sakit dengan merek Siloam. Tidak membatasi hanya bermain di dalam negeri, lima RS Siloam telah dan segera masuk First Real Estate Investment Trust (First REIT) yang berbasis di Singapura.

 

Langkah yang menunjukkan bahwa bisnis Lippo menembus batas negara itu melengkapi listing-nya beberapa anak perusahaan grup tersebut di Bursa Efek Indonesia seperti PT Lippo Karawaci Tbk, PT Lippo Cikarang Tbk, PT Lippo General Insurance Tbk, PT Matahari Putra Prima Tbk, PT First Media Tbk, dan Lippo Securities Tbk.

 

Properti merupakan salah satu bidang garapan utama Lippo Group. PT Lippo Karawaci Tbk dan PT Lippo Cikarang Tbk menjadi motor penggeraknya.

 

Melalui Lippo Karawaci pula kelompok usaha ini merambah bisnis ritel-selain juga digarap oleh PT Matahari Putra Prima Tbk-dan healthcare, selain tentunya secara spesifik menggarap properti seperti pembangunan proyek terpadu skala besar semacam Lippo Karawaci (Lippo Village), St. Moritz, dan Kemang Village. Sedangkan Lippo Cikarang khusus mengembangkan proyek properti terpadu berskala kota di Bekasi, Jawa Barat.

 

Di bidang perhotelan, Lippo menerobos melalui Aryaduta & Resort Group dengan mengelola hotel dan resor yang tersebar di Jakarta, Tangerang dan Carita (Banten), Cikarang (Bekasi), Puncak (Bogor), Medan, Pekanbaru, Palembang, serta Makassar.

 

Bisnis ritel

 

Di bidang ritel, selain 25 mal yang dikelola PT Lippo Karawaci Tbk, bisnis ini juga dikembangkan oleh PT Matahari Putra Prima Tbk. Selain mengelola Matahari Department Store, perusahaan ini juga mengendalikan Hypermart, Foodmart, Food Junction, arena bermain Timezone, Times Bookstores, dan perusahaan distribusi Bintang Sidoraya.

 

Hypermart, setelah merasa sebagai investor lokal yang didominasi asing selama 6 tahun, kini menjelma menjadi pesaing kuat di bidang ritel bagi perusahaan raksasa asal Prancis, Carrefour. Belakangan Carrefour di Indonesia dikuasai pengusaha nasional Chairul Tandjung, kondisi yang disyukuri James.

 

Untuk pendidikan, James menegaskan bahwa setiap keuntungan yang diperoleh akan dikembalikan kepada masyarakat melalui beasiswa. Karena itulah, bisa disebut bidang pendidikan digeluti Lippo melalui Yayasan Pendidikan Pelita Harapan mengedepankan aspek moralitas sebagaimana pengakuan James. “Seluruh perusahaan di Lippo ini kita jalankan bukan sekadar komersial, tetapi ada aspek moralitas.”

 

Di bidang media, James mengaku Lippo masuk ke bisnis ini disebabkan ketidak-sengajaan, karena membantu kawan yang terkendala modal. Tetapi, begitu masuk ke bisnis media, bermunculanlah berbagai tawaran termasuk menerbitkan surat kabar berbahasa Inggris.

 

Ke depan, dengan pertimbangan kue iklan televisi yang teramat besar dibandingkan dengan media cetak, dia mengarahkan Lippo untuk lebih mengembangkan bisnis pertelevisian. Di bidang ini, Lippo kini memiliki First Media. “Larinya ke konvergensi media, tidak ke print.”

 

Bagi Lippo, salah satu bisnis yang terkuat untuk dikembangkan pada masa mendatang ialah ICT. James menegaskan Lippo akan menggarap Cloud yakni gelombang berikutnya setelah 4G yang kini digeluti grup tersebut.

 

Di Amerika Serikat, perusahaan kecil bernama 3 PAR yang menjadi pionir dan menggeluti bidang Cloud. 3 PAR pun kemudian diperebutkan dua raksasa, Hewlett-Packard-yang akhirnya memenangi pertarungan dengan tawaran US$2,07 miliar-dan Dell. Cloud merupakan bisnis yang sangat futuristik.

 

Selain sejumlah bidang garapan yang telah sukses digarap, James tidak menutupi rencana Lippo untuk kembali menekuni perbankan, bisnis di mana baik Lippo maupun keluarga Riady memiliki kompetensi. “Setiap hari ada saja orang yang menawarkan masuk kembali ke perbankan dan bekerja sama. Itu selalu opsi yang kami buka dan akan kami kaji,” ungkap James.

 

Dia pun berjanji dalam setahun ke depan ada keputusan Lippo untuk kembali menggeluti perbankan.

 

Inovasi & fokus

 

James mengakui bahwa Lippo mengandalkan inovasi sebagai salah satu strategi yang membuat Lippo melaju pesat. Di bidang properti, kelompok usaha ini termasuk yang cukup menjual gambar untuk memasarkan properti, selain membentuk Lippo Land Club yang ikut memasarkan properti-properti dagangan perusahaan itu.

 

Soal inovasi, James tidak mewajibkan diri untuk betul-betul menghasilkan sesuatu yang orisinil. “Tidak ada yang baru di bawah langit. Kita mencari excellence dan originality. Tetapi kalau harus pilih salah satu, kita pilih excellent. Jangan original tapi tidak excellent.”

 

Hal lain yang mendorong maju Lippo adalah fokus pada bidang yang telah diputuskan untuk digarap. “Kami harus fokus. Apa yang sudah kami miliki biarlah kami tekuni. Artinya setia pada hal-hal kecil karena [dengan begitu] nantinya kita diberi kesempatan untuk menjadi lebih besar,” papar James.

 

Yang juga menjadi prinsip bisnis Lippo ialah mengembangkan diri dengan bermitra. James menggarisbawahi kemitraan itu haruslah untuk jangka panjang. Dia menegaskan bahwa Lippo berpikir jauh. “Ketika kami berpikir jauh, pada potongan jangka waktu pendek kami bisa disalahtafsirkan. Orang yang salah tafsir masuk waktu salah dan keluar waktu salah bisa rugi. Tetapi siapa pun yang berinvestasi dengan Lippo untuk jangka panjang, pasti tidak rugi,” ucap James sekaligus menjawab pertanyaan mengenai sempat munculnya sejumlah tudingan miring kepada langkah bisnis Lippo.

 

Profesionalisme juga merupakan salah satu kiat sehingga Lippo meluncur cepat ke depan. James mengaku tak menyiapkan anak-anaknya menjadi penerusnya. Sejalan dengan prinsip mengedepankan profesionalisme itu, hari ini Theo L. Sambuaga, tokoh politik Partai Golkar dan selama ini menjadi komisaris independen PT Lippo Karawaci, diresmikan sebagai pengendali Lippo Group.(maria.benyamin@bisnis.co.id/syahran.lubis@bisnis.co.id) Maria Yuliana Benyamin)

sumber: http://www.bisnis.com/articles/james-riady-melaju-pesat-karena-fokus